georgegordonfirstnation.com Jagat media sosial kembali dihebohkan oleh beredarnya foto sebuah mobil dinas berpelat merah yang tertangkap kamera sedang mengantre membeli BBM bersubsidi jenis Pertalite.
Mobil tersebut diketahui merupakan kendaraan operasional milik pemerintah daerah di Kabupaten Bandung Barat, berjenis Toyota Kijang Innova dengan nomor polisi D 1147 U.
Aksi itu pertama kali terekam oleh seorang warga yang kebetulan sedang mengantre di SPBU wilayah Kutawaringin, Kabupaten Bandung.
Menurut kesaksian warga bernama Hanifah, mobil berpelat merah tersebut terlihat dengan jelas sedang mengisi Pertalite menggunakan barcode subsidi.
“Awalnya saya kira mobil pribadi. Tapi saat lihat pelatnya merah, saya langsung heran. Mobil dinas kok bisa isi Pertalite pakai barcode subsidi?” ujar Hanifah.
Ia menambahkan bahwa sopir kendaraan itu sempat meminta struk pembelian kepada petugas SPBU, dengan nilai transaksi sekitar Rp500 ribu.
Menurutnya, hal ini tidak wajar karena mobil dinas seharusnya tidak termasuk kategori penerima subsidi.
Foto yang Langsung Viral di Media Sosial
Foto hasil jepretan Hanifah dengan cepat menyebar ke berbagai platform media sosial.
Unggahan itu langsung viral dan memicu gelombang kritik dari warganet.
Banyak pengguna internet menilai tindakan tersebut sebagai bentuk penyalahgunaan fasilitas negara dan pelanggaran aturan penggunaan BBM subsidi.
Komentar sinis pun membanjiri unggahan tersebut.
Sebagian warganet mempertanyakan mengapa kendaraan pemerintah masih bisa memperoleh akses subsidi yang seharusnya ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Ada pula yang menilai hal itu mencerminkan lemahnya pengawasan terhadap distribusi BBM bersubsidi di lapangan.
“Lucu, rakyat kecil disuruh hemat, tapi mobil dinas malah antre Pertalite,” tulis salah satu pengguna media sosial.
Komentar serupa bermunculan dari berbagai daerah, menunjukkan bahwa isu ini menyentuh sensitivitas publik soal ketidakadilan sosial dan moralitas pejabat publik.
Reaksi Publik dan Sorotan Media
Tak butuh waktu lama hingga berita ini diangkat oleh berbagai media nasional.
Foto mobil berpelat merah di SPBU menjadi headline di banyak portal berita online.
Publik menuntut agar ada klarifikasi resmi dari pemerintah daerah dan Pertamina mengenai kejadian ini.
Beberapa lembaga masyarakat bahkan mendesak agar dilakukan penelusuran terhadap barcode subsidi yang digunakan mobil tersebut.
Jika benar terdaftar atas nama pribadi atau instansi tertentu, maka bisa saja terjadi pelanggaran administratif yang perlu ditindak.
Pakar kebijakan publik dari Universitas Padjadjaran menyebut bahwa kejadian seperti ini menandakan masih lemahnya sistem pengawasan digitalisasi BBM bersubsidi.
Menurutnya, “Setiap kendaraan yang menggunakan barcode subsidi seharusnya diverifikasi secara ketat agar tidak bisa disalahgunakan, terutama oleh kendaraan dinas atau instansi pemerintah.”
Respons Pemerintah dan Pertamina
Hingga kini, pihak Pertamina Patra Niaga belum mengeluarkan pernyataan resmi.
Begitu pula dengan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, yang masih menelusuri kebenaran informasi terkait identitas pengguna kendaraan tersebut.
Namun, berdasarkan aturan yang berlaku, Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 secara tegas melarang kendaraan dinas pemerintah, BUMN, dan TNI/Polri membeli BBM bersubsidi.
BBM bersubsidi diperuntukkan bagi masyarakat kecil dan sektor-sektor produktif seperti nelayan, petani, serta kendaraan roda dua dan angkutan umum.
Jika terbukti melakukan pelanggaran, penggunaan barcode subsidi oleh mobil pelat merah bisa dikenai sanksi administratif maupun pidana ringan.
Pertamina sendiri berjanji akan memperketat pengawasan dan memperbarui sistem pendataan barcode agar kasus serupa tidak terulang.
Kritik dan Harapan dari Warganet
Isu ini tidak hanya memicu kemarahan publik, tetapi juga membuka kembali diskusi lama tentang keadilan distribusi energi.
Banyak yang berharap pemerintah dapat menindak tegas pihak-pihak yang menyalahgunakan hak subsidi.
Menurut warganet, kejujuran aparat dan efisiensi sistem menjadi kunci utama agar subsidi benar-benar tepat sasaran.
Beberapa pengguna media sosial bahkan menyerukan tagar seperti #StopPenyalahgunaanSubsidi dan #PelatMerahPertalite sebagai bentuk protes.
Mereka ingin memastikan kasus ini tidak berhenti di media sosial, tetapi benar-benar diusut sampai tuntas.
Salah satu komentar populer berbunyi:
“Kalau mobil dinas bisa isi Pertalite, lalu bagaimana dengan rakyat kecil yang dilarang? Ini bukan soal harga bensin, tapi soal etika.”
Pernyataan seperti itu mencerminkan rasa kecewa masyarakat terhadap perilaku tidak patut dari oknum pengguna fasilitas negara.
Upaya Meningkatkan Transparansi Subsidi
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi pemerintah dan penyedia energi.
Digitalisasi distribusi BBM melalui barcode memang langkah maju, namun tanpa pengawasan ketat, sistem itu tetap rentan disalahgunakan.
Pemerintah kini didorong untuk memperbarui basis data kendaraan penerima subsidi, termasuk penyaringan terhadap pelat merah dan kendaraan instansi.
Langkah itu dianggap penting agar tidak ada lagi celah bagi oknum yang memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk aktif melaporkan bila menemukan pelanggaran serupa.
Dengan peran publik yang kuat, diharapkan sistem subsidi bisa lebih transparan, adil, dan berpihak kepada yang benar-benar membutuhkan.
Penutup
Kasus mobil dinas yang tertangkap membeli Pertalite bersubsidi menjadi cermin kecil dari persoalan besar yang dihadapi negara.
Ia menyoroti celah dalam sistem pengawasan dan menguji integritas para pengguna fasilitas publik.
Publik kini menanti tindak lanjut dari pemerintah dan Pertamina terhadap kasus ini.
Bagi masyarakat, keadilan bukan hanya soal harga BBM, tetapi juga soal kejujuran dan tanggung jawab moral.
Dan dari insiden kecil di SPBU ini, muncul satu pesan penting — bahwa kepercayaan publik harus dijaga, bukan disalahgunakan.

Cek Juga Artikel Dari Platform zonamusiktop.com
