georgegordonfirstnation – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus memperkuat komitmennya dalam membangun generasi muda yang berkualitas sejak usia dini. Salah satu langkah strategis yang tengah digencarkan adalah mendorong lembaga prasekolah baik PAUD maupun TK untuk tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter anak.
Langkah ini sejalan dengan visi Surabaya sebagai kota ramah anak dan komitmen untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara moral dan sosial. Melalui pendekatan ini, Pemkot ingin memastikan bahwa pendidikan karakter bukan sekadar wacana, melainkan menjadi bagian nyata dari proses belajar-mengajar.
Berikut adalah lima poin penting terkait dorongan Pemkot Surabaya terhadap prasekolah dalam membentuk karakter anak.
1. Pendidikan Karakter Dimulai dari Usia Dini
Pemkot Surabaya menekankan bahwa usia prasekolah adalah masa emas pembentukan kepribadian. Pada fase ini, anak-anak sangat mudah menyerap nilai, perilaku, dan kebiasaan yang ditanamkan oleh lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak bisa ditunda hingga jenjang pendidikan dasar.
Melalui pelatihan guru, modul pembelajaran tematik, dan aktivitas keseharian yang menyenangkan, anak-anak diajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kerja sama, kepedulian, disiplin, dan tanggung jawab. Semua ini dilakukan dengan pendekatan yang sesuai usia, sehingga mudah dipahami dan diterapkan oleh anak.
2. Kurikulum yang Inklusif dan Kontekstual
Dalam upaya membangun karakter anak, Pemkot juga mendorong adanya kurikulum yang inklusif dan kontekstual. Artinya, pembelajaran tidak boleh kaku atau terpusat pada hafalan semata. Guru diharapkan mampu mengaitkan nilai-nilai karakter dengan kehidupan sehari-hari anak di rumah, sekolah, dan lingkungan sosialnya.
Sebagai contoh, anak-anak diajak belajar tentang pentingnya antri saat bermain, menjaga kebersihan lingkungan kelas, atau membantu teman yang kesulitan. Hal-hal sederhana ini menjadi dasar penting dalam pembentukan sikap positif yang akan terbawa hingga dewasa.
3. Peran Guru sebagai Teladan
Guru bukan hanya pendidik, tapi juga teladan. Pemkot Surabaya menyadari bahwa peran guru dalam pendidikan karakter sangat vital. Oleh karena itu, pelatihan guru secara rutin digelar untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam mendampingi tumbuh kembang anak secara menyeluruh.
Guru didorong untuk mencerminkan nilai-nilai karakter dalam perilaku sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kelas. Ketika anak melihat guru bersikap jujur, sabar, dan adil, mereka akan meniru dan menanamkan nilai tersebut dalam dirinya. Keteladanan ini jauh lebih efektif daripada sekadar teori.
4. Keterlibatan Orang Tua dan Lingkungan
Membangun karakter anak bukan tanggung jawab sekolah semata. Pemkot Surabaya juga melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses ini. Program parenting, forum komunikasi orang tua-guru, hingga kegiatan komunitas diselenggarakan untuk memperkuat sinergi antara sekolah dan rumah.
Anak yang mendapatkan nilai-nilai serupa di sekolah dan di rumah akan tumbuh dengan lebih seimbang. Konsistensi pengasuhan menjadi kunci, dan itu hanya bisa dicapai jika orang tua memahami pentingnya pendidikan karakter sejak dini.
5. Sekolah Sebagai Ruang Aman dan Menyenangkan
Karakter anak tidak akan berkembang dalam lingkungan yang penuh tekanan atau kekerasan. Maka dari itu, Pemkot Surabaya terus memperkuat kebijakan sekolah ramah anak. Prasekolah harus menjadi ruang yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi anak-anak.
Guru tidak diperkenankan menggunakan kekerasan fisik atau verbal. Sebaliknya, pendekatan yang digunakan harus penuh kasih, menghargai perbedaan, dan mengedepankan dialog. Lingkungan belajar yang positif akan membentuk anak-anak yang percaya diri, mandiri, dan menghormati orang lain.
